Kamis, 29 Januari 2015

Surat Dari Murid

Berikut ini sepucuk surat dari seorang murid kepada syaikhnya. Ia mengadukan kekerasan hatinya. "Tuan dan guruku, Assalamu'alaikum wa rahmatullah wa barokatuh, waba'du .. Guru, pernahkan Tuan tahu tentang seseorang yang tidak punya hati? Memang, hati -sebuah susunan urat dari daging merah yang menjadi pusat keluar-masuknya darah- sudah barang tentu semua orang memilikinya, sebagai bukti dia hidup. Sedangkan jika emosi yang hangat, indera yang peka, dan persaan yang hidup maka sangat disayangkan (belum tentu dimiliki semua orang). Ia mengerti secara detail hal-hal baik namun dengan pandangan yang dangkal. Ia paham hal-hal buruk, namun dengan sekilas pandang. Ia baca akhlak seorang tokoh dan wajahnya nampak begitu membenarkan. Ia menuturkannya sebagai seuah simbol dan tanda. Namun meski semua itu, ia tidak memiliki hati!! Ia bertemu teman lamanya setelah sekian lama berpisah, ia jabat tangannya dengan kuat bahkan memeluknya, namun hatinya kaku tidak tergetar. Dia beretorika di depan khalayak ramai, menyeru mereka untuk ini dan itu, seraya mengeluarkan dalil-dalil kuat, namun hatinya keras, tidak bergetar. Ia menerima berita gembira dengan senyum. Menerima berita sedih dengan mengernyitkan dahi. namunkegembiraan dan kesedihannya sebatas tindakan otomatis, sedang hatinya diam tidak goncang. Ia berdiri sholat, ia himpun semua konsentrasinya, ia baca Al-Quran Al-Karim dengan penuh perhatian, ia melalukan shalat dan membaca Al-Quran denga nada suara yang mereka katakan penuh sedih dan khusyu', namun ia rasakan hatinya tuli, tidak khusyu', meskipun ia paham. Ini adalah kenyataan yang benar-benar terjadi, saya tidak menambahi atau mengurangi. Apakah Tuan punya keberanian untuk mengatakan bahwa hati orang itu sama dengan hati-hati yang lain?? Saya telah diberi akal. namun saya telah merampas hati. Selama saya merasakan pikiranku, maka keberadaanya menyala-nyala, hidup dan semain kokoh. Saya berusaha untuk menwujudkannya hal itu pada hatiku (namun sayang tidak bisa). Inilah berita tentang seorang yang tidak punya hati Guru, bisakah Tuan hidupkan hatiku, sehingga ia mengimani apa yang dikatakan oleh lisan, indera, dan perasaan dengan penuh getar. Wassalamualaikum wa rahmatullah wa barakatuh." 000 Sang guru pin menjawab surat itu: Wa'alaikum as-salam wa rahmatullah wa barakatuh. Saya telah baca suratmu. Saya begitu terbawa oleh kebenaran tutur katamu, kehebatan keberanianmu, ketinggian kesadaranmu, dan hidup hatimu. Anakku, engkau bukanlah orang yang berhati mati, sebagaimana engkau anggap. Engkau hanya seorang pemuda yang halus indera, jernih jiwa, dan lembut perasaaan. Seandainya tidak begitu, maka engkau tidak menuduh dirimu dan mengingkari persaanmu demikian. Jauh keinginan dan tinggi tujuanmu, membuat engkau mengecilkan derajatmu yang besar. Engkau ingin keberadaanmu lebih dari itu. Hal seperti itu tidak apa-apa. Memang sudah seharusnya begitu. Akan kubimbing apa yang engkau rasakan. Akan kusertai perjalananmu. Akan kuberikan beberapa nasihat untukmu. JIka nasihat ini bermanfaat untuk mu dan engkau lihat dengan mengamalkannya akan menyirami hasratmu dan menyembuhkan sakitmu, maka alhamdulillah atas taufik-Nya. Dan jika tidak seperti itu, dengan sengan hati, saya mau bertemu denganmu, untuk sama-sama mendiagnosa penyakitmu dan mbemberimu obat (yang pas). Bertemanlah dengan orang yang khusyu' dan merenung. Mulazamah (selalu menyertai) orang yang banyak berpikir dan menghindarkan kesenagan dunia, orang yang diselimuti dengan hikmah, orang yang wajahnya memancarkan nur, dan hatinya dihiasi dengan makrifah -sunguh betapa sangat jarangnya mereka- adalah obat yang manjur. Maka bersungguh-sungguhlah agar engkau mempunyai teman seperti itu untuk mulazamah dengan mereka. Berlabuhlah kepadanya, jiwa anda selalu kontak dengan jiwa mereka. Habiskan kebanyak waktu kosongmu dengan mereka. Tapi, hati-hatilah dengan tukang sandiwara. Pilihlah orang yang bisa membangkitkan keadaanmu, orang yang bisa menunjukan kebaikan. Orang yang jika melihatnya, Anda mengingat Allah. Pikir dan zikrilah pada waktu akhir malam dan sepi, munajat dan merenunglah akan jagat raya yang indah dan ajaib, menatap keindahan dan keagunan Allah, meniti hati dan lisan dengan dampak ciptaan Allah yang memukau dan hikmah yang tinggi. Semua itu, wahai saudaraku, bisa menambah kehidupan di dalam hati, menyinari jiwa anda dengan iman dan yakin. إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَا بِ "sessungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal." (Ali Imran:190) Kemudian pikirkan masyarakat manusia ini, tengoklah berbagai bentuk kesedihan, kebahagiaan, dan kesejahteraan. Tengoklah orang sakit di atas ranjang-ranjang mereka, berempati dengan orang-orang susah dalam bencana mereka. Ketahuilah sebab-sebab kejiwaan dai penderitaan manusia itu, baik berupa kejumudan, kakafiran, kedzaliman, permusuhan, kecongkakan, keegoisan, terpedaya dengan hal-hal fana. Semua itu adalah pemukul bagi simpul-simpul hati-pukulan yang bisa mengumpulkan simpul-simpul hati yang terberai dan menghidupkan simpul-simpul yang telah mati. Bersungguh-sungguhlah agar keberadaanmu menjadi pelipur lara bagi orang-orang yang susah, penolong bagi orang yang terkena musibah. Tiada hal yang berpengaruh mendalam bagi perasaan daripada berbuat baik keapda orang yang butuh, menolong orang yang berduka cita atau ikut merasakan derita orang yang sedih! Saudaraku, hati ada di tangan Allah semata. Dia mengaturnya sesuai kehendak-Nya. Maka berdoalah sungguh-sungguh kepada Allah, agar Dia limpahkan kehidupan kepada hatimu, melapangkan hatimu dengan iman, meilmpahkan kepadamu : Keyakinan, karunia, dan nikmat. Pilihlah waktu-waktu mustajab dan pada jam-jam akhir malam untuk berdo'a. Doa akhir malam adalah ibarat panah yang menembus, tidak terhenti di bawah atap. Tidak diragukan, jika Anda ikhlas dalam tujujan, maka andapun akan bersungguh sungguh dalam doa. " وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ ۖ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ "Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa". (QS: Al-Maidah Ayat: 27)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar